Beberapa hari sebelum tahun baru, aku memutuskan untuk pulang ke sukabumi. saat itu kira-kira pukul setengah delapan malam, dalam perjalanan pulang, kuhentikan motorku tepat
setelah pasar parung untuk mengisi perut yang keroncongan, kupilih warung nasi goreng
di pinggir jalan yang memang dapat dengan mudah ditemukan jika malam tiba.
Untuk mengusir rasa bosan menunggu pesanan, aku iseng memperhatikan seorang
anak kecil bersama kedua orang tuanya yang kebetulan berada di depan tempatku
duduk.
Anak perempuan
yang menurutku berumur sekitar empat atau lima tahunan itu sibuk
menumpuk-numpuk kursi plastik yang disediakan penjual nasi goreng untuk
pelanggan, sambil tertawa-tawa dan sesekali memanggil ayahnya untuk
memperlihatkan apa yang sedang dia lakukan. Sementara sang ayah dan ibunya
Nampak sibuk mengobrolkan sesuatu. Ketika cukup banyak kursi tertumpuk si anak
dengan semangat memanggil ayahnya, setelah melihat apa yang dilakukan anaknya,
sang ayah Nampak jengkel, mungkin merasa malu anaknya membuat kacau tempat
duduk yang sudah disusun rapi oleh penjual nasi goreng itu, dia segera si ayah
membereskan kembali kursi-kursi yang ditumpuk anaknya. Sekilas dari kejadian
itu tidak ada hal yang patut diperhatikan, hanya kejadian biasa seorang anak
kecil mengacak perabotan, tapi apa yang terjadi berikutnya bagiku sungguh
menarik.
Wajah ceria si
anak tiba-tiba berubah menjadi kesal, tingkah lakunya jadi agresif, ketika
ibunya mencoba menariknya, dengan tegas si anak memukul ibunya sambil
berteriak. Intinya, si anak yang tadinya bergembira berubah jadi rewel. Akupun
berpikir, apa penyebab anak itu jadi berubah ya? Aku hanya bisa menduga bahwa
itu berawal dari respon si ayah pada perbuatan anaknya tadi. Menurut
pengamatanku, si anak ingin diberi apresiasi atas keberhasilannya menumpuk
kursi plastic (bagi seorang anak kecil mungkin itu sesuatu yang hebat) tapi
yang didapatnya adalah respon negatif dari si ayah. Kecewa dengan itu, dia pun
menjadi rewel.
Aku tersenyum
sendiri, betapa memang kita sering tidak sadar untuk memberikan apresiasi atas
tindakan orang lain. Dalam konteks membesarkan anak, apresiasi itu tentu
penting, tapi aku belum punya anak jadi tentu pendapatku hanya berdasarkan
kesimpulan atas ilmu yang kuketahui tanpa belum pernah praktek. Ya intinya,
jika waktu itu si ayah memberikan respon positif dulu sebelum membereskan
kembali kursi itu mungkin kejadiannya bisa lain, si anak mungkin tidak menjadi
rewel.
Aku jadi ingat
ketika tk aku berlari ke arah ibuku sambil menunjukan keberhasilanku menulis
huruf dan diberi nilai bagus oleh guru waktu itu. oh… betapa kita senang ketika
ada orang yang mengapresiasi usaha kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar