Kira-kira beberpa
bulan lalu, tersebar kabar tentang pembuatan film tersebut, film yang diangkat
dari sebuah novel itu cukup mencuri perhatian media. Aku pun tertarik, hanya
karena ada fatin ikut main di film itu, tapi tidak sampai berniat menonton jika
sudah dirilis atau membeli novelnya. Sampai beberapa waktu yang lalu, lewat
suatu kejadian yang tak disangka, aku mendapatkan kesempatan membaca novel
tersebut. Persepsi awalku pada novel tersebut sebenarnya negatif, aku tidak
memiliki rasa ingin tahu akan isi ceritanya, karena aku memiliki praduga bahwa
isinya paling-paling sama dengan cerita negeri 5 menara cerita kesuksesan
seseorang ke luar negeri untuk sekolah. Mungkin karena pengaruh dalam judulnya
ada kata eropa… J.
Tapi setelah membaca lembar per lembar (awalnya iseng mengisi waktu luang di
sekolah), aku sadar ternyata aku salah. Praduga memang tidak baik hehe….
setidaknya aku sempat menitikan air mata pada satu plot yang dikisahkan
penulis, sungguh menyentuh. ada beberapa hal menarik bagiku dari novel berjudul
99 Cahaya di Langit Eropa ini.
Kesan pertama
setelah membaca novel tersebut adalah aku diajak penulis untuk menyelami
sejarah dengan cara yang berbeda. Di SMA pelajaran sejarah selalu menjadi
pelajaran yang membosankan bagiku, sejarah Indonesia atau sejarah kebudayaan
islam, dua-duanya sama, terasa hambar. Mungkin itu karena buku sejarah hanya
memaparkan fakta (walaupun tetap tidak semua fakta diungkap), hanya kumpulan
informasi tentang tanggal, nama, dan kronologis kejadian yang harus dihafal karena
akan ditanyakan ketika ujian. Ketika mengulas bab islam di spanyol dalam mata
pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA dulu, tidak ada perasaan hanyut yang
terasa seperti membaca novel ini, mungkin karena dalam novel, penulis
memberikan efek dramatisir dengan memasukan pendapat-pendapat pribadi akan
sebuah kejadian. Kurasa itulah tugas guru sejarah, mendramatisir kisah, dan
menghanyutkan muridnya dalam sejarah tersebut. Dan pada akhirnya, menggiring
murid untuk mengambil hikmah dari kemajuan, kemunduran, kesuksesan, kesalahan
orang – orang terdahulu.
Hal kedua yang
menarik bagiku adalah penulis menceritakan sejarah apa adanya. Ada satu
kejadian yang sangat membekas di ingatanku saat masuk kelas mata kuliah sejarah
kebudayaan islam di bangku kuliah. Aku ditegur dosen karena berkata “mungkin
Ali bin Abi Thalib merasa letih dengan perang”, dia berkata seorang Ali tidak
akan letih karena dia seorang muslim yang mulia atau apalah aku lupa
kata-katanya. Namun yang pasti, alasanku mengatkan hal itu adalah aku beranggapan
bahwa Ali pun seorang manusia biasa yang bisa saja merasa jenuh dan lelah
dengan perang saudara waktu itu (konteks yang kami diskusikan adalah kisah
perang perebutan kursi pemimpin islam antara kubu ali dan kubu umayah kalau
tidak salah). Tapi yang kutangkap dari dosenku adalah seakan-akan pengkultusan
bahwa dia orang yang mulia tanpa cacat. Well, sejujurnya aku tidak setuju,
dalam mempelajari sejarah kita tidak hanya melihat sisi positif nya saja, tapi
juga sisi negatif. Manusia berbuat salah dan dari kesalahan orang terdahulu
kita bisa belajar bersikap. Di novel ini, penulis menceritakan baik buruk
dengan apa adanya, seperti ketika dia menceritakan bagaimana kecintaan akan
kemewahan para sultan turki menjadi salah satu faktor terpuruknya imperium
ottoman. Satu hal negatif yang bisa kita ambil pelajarannya.
Selain itu,
penulis mengajak pembaca menikmati museum ddan tempat-tempat bersejarah dengan
cara yang lebih mengasyikan. Pengalamanku berkunjung ke museum selalu sama,
bosan. Hal menarik yang didapat hanya sekedar dari foto-foto dan melihat-lihat
barang aneh yang dipajang di museum. Apakah hikmah yang kudapat setelah
mengunjungi museum? Hampir tidak ada. Tapi penulis memberikan tips (secara
tidak langsung) dengan mengetahui dan mencari kisah unik dari tiap detil
museum, hikmah yang didapat dari mengunjungi museum akan labih optimal. Akupun
menyimpulkan, jika kita ingin ke museum, setidaknya kita melakukan research
mendalam akan museum tujuan kita, dan pastinya dapatkan tour guide yang memang
bagus. Sewaktu sma dulu ketika berdarma wisata ke Borobudur, aku pernah melihat
sekumpulan turis asing mengobrol seru dengan seorang tour guide, kurasa mereka
pasti sedang membicarakan kisah-kisah unik dari Borobudur. Sementara aku? Hanya
berputar-putar di candi sambil berfoto karena aku tidak tahu apa-apa tentang
candi itu selain yang disebutkan di buku sejarah, lalu hikmah apa yang kudapat?
Tidak ada, Cuma lelah.
Disamping tiga
kesan menarik yang kudapat tersebut, aku merasa terkesan dengan sudut pandang
penulis akan islam. Well, mungkin karena aku memiliki pandangan yang mirip
dengannya. Intinya, novel ini adalah sebuah novel yang sungguh mencerahkan
pemahaman kita akan kisah kejayaan islam di eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar