Kamis, 12 Mei 2016

Renungan Part 60 (Bebenah Gaya Konmari)

Setelah menjadi anak kost selama hampir 8 tahun, aku telah belajar bahwa tidak memiliki banyak barang adalah hal yang "sesuatu". Selain karena tidak perlu repot ketika pindah kost, memiliki barang secukupnya memberikan perasaan tenang tersendiri bagi diriku. Sampai saat ini aku tidak memiliki lemari pakaian; satu-satunya alat yang kujadikan tempat penyimpanan pakaian adalah semacam kabinet dari plastik yang memiliki laci 4 tingkat, dan memang sepertinya tidak diperuntukan sebagai tempat menyimpan pakaian. Mungkin ini juga yang menjadi alasan kenapa aku tidak memiliki banyak pakaian; tidak ada tempat unuk menyimpannya!

Memiliki sedikit pakaian tidak berarti tempat pakaianku rapi. Aku memang tidak terbiasa rapi, dan hasilnya pakaianku tidak terlipat sempurna di "lemari" karena lacinya terlalu kecil untuk pakaianku. Seringkali pakaianku hanya tertumpuk di atas "lemari" dan kusetrika ketika hanya ingin kupakai. Sampai aku membaca tentang Marie Kondo, atau yang lebih dikenal dengan Konmari.

 
 http://www.sohautestyle.com

Marie Kondo adalah seorang konsultan beres-beres dan penulis asal Jepang. Tunggu dulu, seorang konsultan beres-beres? untuk beres-beres saja kita butuh konsultan? sayangnya iya.... terbukti dengan laku kerasnya buku-buku karya Marie tentang beres-beres di Jepang maupun Amerika. Setelah melakukan sedikit research di Mbah Google tentang Konmari Style (beres-beres gaya konmari) ini, akupun mencoba mempraktekan sedikit ilmu Konmari Style dalam melipat dan mengorganisasi pakaian.




oke... dua gambar di atas adalah keadaan laci tempat menyimpan pakaianku, tidak tertata, dan agak kosong, karena sebagian besar kuletakan begitu saja di atasnya tanpa dilipat, terutama T-Shirt, aku punya banyak dan jarang kumasukan ke sini, mereka hanya kutumpuk begitu saja. Lalu, setelah mempraktekan ilmu melipat Konmari Style......




Tada..... setidaknya laci pakaianku terlihat lebih terorganisir dan memudahkanku untuk mengambil pakaian dibandingkan dengan ketika aku masih memakai cara melipat warisan orang tuaku. Melipat dengan cara Konmari membuat tempat penyimpanan menjadi terasa lebih besar dan dapat memuat lebih banyak pakaian.

Filosofi beres-beres Konmari tidak hanya sesederhana bagaimana cara melipat yang efisien untuk memaksimalkan ruang penyimpanan, tapi jauh melebihi itu. Justru hal yang paling menarik adalah filosofi sikap yang dianjurkan Konmari terhadap barang-barang kita. Mari kita bahas beberapa. Yang pertama adalah ketika kita memiliki terlalu banyak barang maka kita harus memilih membuang (mendonasikan) sebagian sehingga kita hanya memiliki barang yang memang, dalam istilah komari, benar-benar memberikan kebahagiaan pada kita. "Does it bring joy?" jika iya maka kita menyimpannya dan jika tidak, maka buang atau donasikan. Mungkin kita berpikir, apa maksud joy? bagaimana memperhitungkannya? cobalah mengambil barang tertentu lalu merenung bagaimana perasaanmu memiliki barang tersebut? bagaimana perasaanmu jika barang ini dibuang? Jawaban pertanyaan tersebut memang tidak didapat dari cara berpikir rasional, dan memang lebih memakai hati dan intuisi. Kesimpulannya, simpanlah barang yang memang sangat kita sayangi dan berarti untuk hidup kita.

Apakah anda orang yang sering menyimpan barang karena berpikir suatu saat barang itu akan berguna? Aku iya... saat masih kuliah dulu, rak buku milikku selalu penuh dengan kertas makalah dan materi perkuliahan, dan aku tidak membuangnya karena selalu berpikir suatu saat aku akan membutuhkan kertas-kertas itu. Alhasil, rak bukuku sangat berantakan, dan yang lebih mengejutkan lagi, saat dimana aku membutuhkan mereka tidak pernah datang. Konmari menganjurkan untuk tidak menyimpan barang karena berpikir suatu saat nanti akan diperlukan. Kertas-kertas itu berdebu tak pernah tersentuh karena memang "suatu saat nanti" tidak pernah datang.

Yang terakhir, Konmari menganjurkan kita memperlakukan barang kita seperti makhluk hidup. Hmmm.... maksudnya? kita tidak akan menyimpan begitu saja kucing peliharaan kita kan? kita menyediakan kandang khusus, bahkan tempat tidur, lalu memberi makan, dan bahkan kita bawa ke salon. Intinya, kita memberikan rasa sayang, dan hormat padanya. Begitulah kita seharusnya pada barang kita, kita menghormati barang kita karena telah memberikan fungsi yang kita butuhkan, seperti jaket yang memberi kehangatan, hape yang memberikan hiburan, dan lainnya. Penghormatan itu dibuktikan dengan kita memperlakukan barang dengan baik, memberikan tempat khusus, dan merawatnya. Sungguh ide yang menarik, Konmari mengajak kita menebar kasih bukan hanya ke sesama manusia, dan makhluk hidup lainnya, tapi juga benda mati. Kurasa ini ide paling menakjubkan dari ide Konmari lainnya.

Mari kita belajar merubah sikap kita pada barang yang kita miliki!