Kamis, 07 Januari 2016

Renungan Part 55 (Seri Resolusi Cinta: Cinta dan Ego)

weknowyourdreams.com

Cinta itu indah, kata sebagian orang. Cinta itu dapat membuat sakit dan menderita, kata sebagian lain. Jawabannya akan sangat bergantung pada keadaan orang yang anda tanya pendapatnya tentang cinta. Coba tanya pada sepasang kekasih yang baru seminggu jadian, lalu tanya pada seseorang yang baru ditinggal kekasihnya menikah dengan orang lain. Jawaban mereka biasanya sangat berbeda tajam. Jika cinta adalah penyebab kebahagiaan sekaligus penderitaan, apakah sebenarnya cinta itu? kenapa ia begitu paradoks? Kalau begitu adalah sebuah kebohongan besar ketika ada orang yang mengatakan cinta adalah obat segala derita, cinta adalah kunci keindahan dan perdamaian dunia.

Mungkin kita terlalu lama terjebak, apa yang kita pikir itu cinta, sebenarnya bukan cinta. Kita tidak pernah menderita karena cinta. Keinginan ego untuk memiliki orang lain yang tidak kesampaian, tidak memiliki orang yang selalu memanjakan ego kita, memiliki seseorang yang tidak mau mengikuti ego kita, dan ditinggalkan seseorang yang menurut ego kita akan memberikan kebahagiaan, itulah yang menyebabkan penderitaan, bukan cinta. Penderitaan dan kesedihan adalah akibat dari terlukanya ego kita, dan kita terlalu lama menyamakan ego dengan cinta.

Kata orang cinta itu harus memiliki, tidak, Ego yang harus memiliki. Cinta itu melepasnya pergi ketika kita yakin dia akan lebih bahagia dengan orang lain. Cinta bukan jual beli, memandang sesuatu dari sudut pandang untung rugi. Cinta itu memahami, menerima, merawat, tak tuntut suatu apa pun. Itulah cinta sejati, cinta seorang manusia, tapi kita terlalu lama terjebak dengan makna cinta dangkal, sedangkal cinta antara lelaki dan wanita.

Apa yang laki-laki rasakan kepada wanita tidak sepenuhnya cinta, justru di zaman sekarang, sangat jauh dari cinta yang sebenarnya. Terutama para remaja yang terjebak di zaman ini, budaya permisif dan budaya munafik. Mereka dilarang berpacaran ditakut-takuti siksa neraka akan perzinahan, tapi para orang dewasa dan budaya popnya mengkampanyekan itu semua, karena it's a good business. Apa yang ditonjolkan dari percintaan lelaki dan perempuan (pacaran)?

Gengsi, adalah yang pertama. Memiliki status jomblo seakan mimpi buruk, dan karcis menuju kesedihan. Setidaknya itu yang terasa setelah kampanye meme yang menyindir jomblo makin banyak. Dalam strata sosial masyarakat modern Jomblo itu sama dengan kaum sudra, bukan salah para remaja (yang bagi banyak orang belum pantas memiliki hubungan seperti ini) hingga akhirnya mereka mencari pacar demi gengsi.  Pacar adalah piala, dan yang mendapatkannya adalah pemenang, sedangkan para jomblo adalah losers. Gengsi bukanlah cinta, tapi Ego.

Seks, adalah yang kedua. Meski tak banyak orang yang mau mengakui ini, tapi ini adalah motif yang kuat. Sudah banyak pasangan mesum dari remaja sampai yang cukup dewasa tertangkap di kamar-kamar hotel. Media menyebutnya sebagai Operasi Penyakit Masyarakat. Ya Penyakit Masyarakat. Seks adalah makhluk misterius yang membuat para remaja penasaran setengah mati, para orang tua enggan membicarakannya, para pemuda dilarang membahasnya, dia disebut tabu, dilabeli jorok (hal jorok yang sangat penting bagi keberlanjutan manusia). Semakin sesuatu itu disembunyikan, semakin penasaran para pencarinya. Hingga akhirnya mereka membuka keran lain, yaitu pornografi. Guru seks pemuda adalah pornografi, maka tak aneh perilaku mereka mirip para bintang porno, karena murid adalah cetakan guru. Ini yang menjadi momok masyarakat kita, pacaran akan menjerumuskan pada perzinahan, seks bebas! padahal seks hanya sebagian kecil dari  ekspresi cinta.

Anehnya, seks diberi tempat khusus dalam pendidikan di beberapa negara, dan negara kita sepertinya sedang membahas penerapan itu. Tapi tak ada yang memberi tempat khusus pada pelajaran cinta sesungguhnya. Ada pakar seks, tapi tak ada pakar cinta. Kita terjebak dalam makna dangkal akan cinta, kita terlena dengan kekuasaan Ego yang memabukan.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar