Kamis, 28 Agustus 2014

Renungan Part 22 (money shouldn't buy anything)



 
"Orang Jogja b*****t. Kakak mau beli Pertamax 95 mentang-mentang pake motor harus antri di jalur mobil trus gak dilayani. Malah disuruh antri di jalur motor yang stuck panjangnya gak ketulungan. Diskriminasi. Emangnya aku gak bsia bayar apa. Huk. KZL," 

Itu adalah celoteh the most wanted woman di Jogja akhir-akhir ini dalam akun sosmed path miliknya. Wanita yang bernama Florence Sihombing ini memang jadi terkenal karena hinaannya pada orang Jogja. Tak pelak, seluruh warga jogja mecemoohnya di dunia maya. Asal muasal kekesalan Florence sehingga menulis seperti itu adalah karena penolakan petugas SPBU untuk mengisi bensin motornya, dan keengganannya itu dikarenakan Florence menyela pelanggan lain dan menyerobot jalur antrean mobil. (sumber)

Yang menarik perhatianku adalah kata kata Florence "Emangnya aku gak bisa bayar apa", dan jika dihubungkan dengan pemberitaan tentang insiden ini bahwa Florence menyerobot antrian, maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa menurut dia menyerobot antrian itu tidak apa-apa asalkan bisa bayar. (Sebelum dilanjutkan mungkin akan lebih baik kalau dipahami bahwa kesimpulan di atas merupakan murni pendapat pribadi penulis dari sudut pandang pribadi.)

Maka permasalahan yang menarik bagiku disini adalah pemikiran bahwa dengan uang kita bisa melakukan atau mendapatkan apa saja. Contoh, sistem fast track di konser konser atau di taman bermain, dimana para pengunjung bisa mendapat hak istimewa menyela antrian dengan membayar lebih dari orang lain. Maka menyerobot antrian asal bayar lebih pun boleh toh? Sekilas, sistem ini nampak tidak bermasalah, dan kita akan bergumam "itu mah biasa... ya kalau punya uang kita bisa mendapat pelayanan lebih" memangnya apa yang salah dengan sistem ini?

 
Menurut Michel J. Sandel seorang ahli filsafat dari Amerika, dalam bukunya, What Money Can't Buy, uang memiliki kekuatan untuk merusak nilai-nilai baik suatu benda/hal ketika hal itu dijadikan komoditas bisnis. Dalam kasus membayar lebih untuk menyerobot antrian, uang telah mencederai nilai keadilan yang tak pandang bulu. Dalam mengantri, orang yang datang pertama yang dilayani terlebih dahulu entah itu kaya atau miskin, cantik atau jelek, dan setiap orang harus patuh pada aturan itu. walaupun tentunya bisa saja seseorang merelakan antriannya diserobot atas dasar solidaritas atau tolong menolong karena mungkin orang yang ditolongnya lebih membutuhkan sehingga harus didahulukan, tapi tentunya harus dengan kerelaan orang yang mengantri terlebih dahulu. Itulah nilai keadilan universal yang terkandung dalam antrian, dan kehadiran sistem fast track ini telah mencederai nilai keadilan dalam sistem antrian.

Kesimpulannya, pola pikir uang dapat membeli segalanya adalah salah, karena pada dasarnya uang memiliki kekuatan untuk merusak nilai nilai yang ada. Seperti halnya uang merusak nilai keadilan dalam sistem antrian. Jadi, berpikir bahwa membayar lebih untuk mendapatkan sesuatu dengan mencederai hak orang lain adalah sebuah masalah yang serius.      

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar