Kamis, 29 September 2016

Renungan Part 69 (Yang Tengah-Tengah Itu Baik)


www.activateyourstrengths.com


Isu rokok memang bukan isu baru, gerakan menentang rokok sudah ada dari zaman aku melek keadaan lingkungan. Kemudian, pemerintah pun turut serta berusaha menurunkan jumlah perokok antara lain merubah tulisan di rokok yang dulunya "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" menjadi tulisan yang lebih keras "merokok membunuhmu" ditambah gambar yang menyeramkan. Niatnya sih... biar para perokok tidak lagi beli rokok karena takut dengan semua ancaman itu. Katanya, menurut penelitian, merokok aktif dan pasif itu memang bisa menimbulkan penyakit-penyakit tadi, dan akhirnya menyebabkan kematian, tapi apakah itu efektif menurunkan jumlah perokok?

Ayahku adalah seorang perokok, dan banyak pria lainnya di lingkungan rumahku, begitupula kakekku yang telah meninggal pada umur 70 tahun (perokok yang panjang umur). Dan banyak kesaksian lainnya dari perokok yang telah merokok berpuluh-puluh tahun tapi tidak merasakan penyakit tadi. Walau aku tidak pernah mendengar penelitian tentang kelompok orang ini, dan aku tidak tahu berapa jumlah mereka, tapi mereka benar benar ada, perokok yang tidak sakit. Setelah kuperhatikan, ternyata ada satu perbedaan antara perokok yang sakit dan tidak, yaitu kuantitas rokok yang mereka hisap. Kakekku, si perokok yang panjang umur, biasanya hanya merokok satu batang rokok kretek setelah makan, begitu pula ayahku. Artinya, merokok dalam jumlah yang wajar sebenarnya mungkin tidak beresiko menyebabkan penyakit. 

Terkadang aku berpikir, masyarakat kita ini aneh, sangat membenci rokok seakan-akan hanya dialah penyebab masalah kesehatan manusia. Jika kita mau jujur, ada penyakit lain yang disebabkan bukan karena rokok, misalnya diabetes, lalu apakah jantung hanya disebabkan oleh rokok? adakah sebab lain? faktor obesitas pun bisa menyebabkan jantung, dan mengkonsumsi makanan tidak sehat seperti makanan cepat saji dan mengandung MSG secara berlebih pun bisa menyebabkan penyakit. Kesimpulannya penyakit kita datang dari berbagai banyak faktor. Anehnya lagi, dari sekian banyak faktor, kenapa hanya rokok yang memiliki kampanye khusus?

Jika kita tarik satu benang merah, maka semua penyakit itu berasal dari sesuatu yang kita konsumsi secara berlebihan. Gula berlebih menyebabkan diabetes, rokok berlebih menyebabkan penyakit paru-paru, bahkan makan berlebih pun menyebabkan obesitas yang pada akhirnya memicu berbagai macam penyakit. Pada dasarnya aku percaya bahwa apapun itu, jika berlebihan, akan memberikan dampak negatif. Suka berlebihan, menghasilkan fanatisme buta. Benci berlebihan menghasilkan klaim selalu benar dan yang dibenci pasti selalu salah. 

Yang terbaik adalah seimbang dalam segala hal, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Seperti bunyi sebuah mahfudzat yang kupelajari di pesantren dulu. khairul umuri ausatuha. Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah. Jika kita perokok, maka merokoklah secukupnya, lalu makanlah secukupnya, minumlah secukupnya, suka dan bencilah secukupnya.



2 komentar:

  1. Saya gak nentang sih yg merokok. Tp gimana yahhh tetep ajah gak bisa betah sama asapnya. Apa lg yg ngerokok suka gatau tempat dan sikon.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu beda urusan... sama kayak kencing gak tau tempat... ya... bukan rokoknya, tapi tindakan perokoknya yang bermasalah

      Hapus