Minggu, 07 September 2014

Renungan part 24 (seven deadly sins: Greed)




"Orang ini punya hasrat hidup bermewah-mewahan. serakah itu bawaan manusia sebenarnya, tidak terkontrol,” (Abraham Samad)





Begitulah pernyataan ketua KPK Abraham Samad mengenai tersangka kasus korupsi Jero Wacik. Menurut sebuah situs berita online, Jero Wacik sang menteri ESDM di era Presiden SBY ini, telah melanggar Pasal 12 huruf e atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 421 KUHP. Status tersangka diberikan pada Jero Wacik setelah KPK menemukan dua alat bukti yang menegaskan perannya dalam meminta imbalan buat memperbesar dana operasional sebagai menteri.

 Jero Wacik yang kini menjadi tersangka korupsi

Menarik sekali membaca pernyataan Abraham Samad tentang Jero Wacik. Dia berkata bahwa Tersangka itu orang yang serakah, dan serakah adalah bawaan manusia. Jika kita renungkan, maka sebenarnya sifat serakah itu memang ada pada diri setiap manusia karena manusia diberikan hawa nafsu oleh Allah. Artinya setiap manusia yang bernafas di bumi ini memiliki potensi untuk menjadi serakah, dan itu termasuk diri kita.

Mari kita sejenak merenungkan hadits berikut:

Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Artinya : Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat. (HR. Bukhari no. 6436)

Hm.... Pernahkah kita sangat menginginkan sebuah hp baru yang sedang tren? kita begitu senang ketika berhasil mendapatkannya. Namun setelah beberapa lama, hp itu tidak lagi tren, lalu kita bosan dan menginginkan hp yang lebih baru yang sedang tren. Itu adalah contoh kecil bagaimana keserakahan bekerja. Manusia memang tidak pernah puas, selalu ingin lebih, lebih dan lebih, sebagaimana yang digambarkan dalam hadits tersebut. Oleh karena itu, kita harus mawas diri dengan keinginan-keinginan yang muncul dalam diri kita, apakah itu bentuk keserakahan?
 
Lalu dalam Al-Quran disebutkan:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Artinya : Bermegah-megahan dengan harta telah mencelakakan kalian.” (QS. At Takatsur: 1). (HR. Bukhari no. 6440)

Ibnu Katsir berkata: “Allah S.W.T. menegaskan bahawa cinta dunia, kenikmatan yang ada padanya dan kemegahannya, telah menyibukkan kamu dari berusaha mencapai bekal di akhirat. Dunia ini begitu melalaikanmu sehingga maut menjemputmu lalu engkau berada dalam liang kubur dan menjadi penghuninya.” [Tafsir Ibnu Katsir: 4/44]. Keserakahan merupakan tanda kita ini cinta dunia dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya

Serakah dapat membawa kita menjadi orang yang lalai akan spiritualitas karena sibuk dengan kenikmatan duniawi. Tak penting seberapa besar rumah kita, seberapa bagus dan banyak mobil kita, seberapa tinggi gelar kita, seberapa banyak tabungan kita, ukuran kuburan kita tetap sama, iya kan? Aku selalu memperhatikan beberapa kuburan di kampung halamanku, memang ada beberapa yang dibangun sangat megah, bahkan sampai dipagar dan diberi atap, menandakan bahwa si ahli kubur itu orang yang kaya. Namun, jika kita renungkan, itu semua hanya di permukaannya saja, dan ukuran lubang si ahli kubur yang kaya dan miskin tetaplah sama. Mereka sama - sama ditimbun dengan tanah, dan kain kafan yang mereka gunakan pun sama - sama putih. Rasanya aku tidak pernah mendengar ada orang meninggal menggunakan kain kafan berlapis emas.... Hm.... Bukankah di hadapan Allah yang penting hanya ketakwaannya saja?








Tidak ada komentar:

Posting Komentar