Sabtu, 13 Juni 2015

Renungan Part 38 (Keindahanmu Tak Berarti Apa - Apa Tanpa Keburukanku)




Malam itu dalam pengajian bulanan Kenduri Cinta di Taman Ismail Marzuki, seorang jemaah bertanya pada Cak Nun, "Perdamaian seperti apakah yang kita butuhkan? bukankah yang buruk itu akan selalu ada seperti dalam konsep yin dan yang?" ah.... sebuah pertanyaan yang menarik.

Saat kecil, aku sangat suka film Power Ranger, tak pernah rasanya aku melewatkan satupun episode yang tayang tiap minggu pagi itu. Terkadang aku sering membayangkan diriku sebagai pahlawan layaknya Power Ranger, mengalahkan kejahatan di dunia ini. Mungkin, pikiran itu terbawa sampai dewasa, aku cenderung idealis, tidak suka dengan yang salah, dan buruk, dan selalu memimpikan dunia yang lebih baik tanpa keburukan. Dunia yang penuh keadilan dan perdamaian. Tidak kah kau memimpikannya? Misalnya sebuah masyarakat yang penuh keimanan, setiap individu menjalankan syariat islam yang begitu indah, sehingga terciptalah sebuah masyarakat madani, atau masyarakat islami, atau apalah istilahnya.

Itu pula yang menjadi judul makalahku di semester dua pada mata kuliah Metodologi Studi Islam. Masyarakat ideal dalam pandangan islam, yaitu masyarakat yang semuanya menjalankan syariat islam dengan baik. Tak ada cela di dalamnya karena semua dibimbing oleh ajaran islam yang indah. Profesor Suwito, sang pengampu mata kuliah, dengan tegas mengomentari makalahku sebagai "ngawang-ngawang". Ketika berbicara ideal, itu semua hanya terjadi di alam ide, di dalam kepalamu, di dalam mimpimu! Sakit... kenapa aku tidak boleh bermimpi akan hal itu? karena realita memang tidak pernah seideal yang diimpikan. 

Mungkin kau sama seperti diriku, menganggap bahwa untuk negeri ini berkeadilan, maju, dan sejahtera, maka setiap keburukan manusia di dalamnya harus dihapuskan. Segala jenis maksiat, dan hal - hal yang kita pandang negatif dalam sistem moral kita harus dienyahkan! Tapi lagi - lagi kenyataan mengecewakanku, semua itu tidak pernah sepenuhnya hilang dari muka bumi, lantas kapankah mimpi itu akan terjadi? Kenapa tuhan tidak membuat itu terjadi saja? aku pun menjadi pesimis, kalau begitu, untuk apa kita memperjuangkannya? pantas para pejuang - pejuang itu hidupnya menderita, karena semakin hari mereka semakin sadar, kejahatan yang mereka perangi tidak pernah mati, semua usaha terasa sia-sia dan omong kosong belaka. Satu koruptor mati, koruptor lainnya terlahir, begitulah siklus itu terjadi berulang - ulang.

Mungkin kau pernah mendengarnya dari guru mengaji, bahwa jika Allah ingin, semua manusia di bumi ini dibuatnya menjadi islam, menjadi orang beriman, menjadi orang baik, hore.... tidak akan ada koruptor. Tapi Allah tidak melakukannya. Kenapa? mungkin.... ini hanya pendapatku... kebaikan itu tidak berarti tanpa adanya kejahatan. Itulah kenapa ada malaikat dan iblis, ada surga dan neraka, ada baik dan buruk, ada cantik dan jelek, ada kaya dan miskin, ada yin dan yang. Kau pasti pernah menonton film Megamind kan? seorang penjahat super yang kehilangan arti hidup ketika pahlawan super yang menjadi rival abadinya tidak ada. 


Maka sangatlah tidak pantas yang kaya menghina yang miskin, yang pandai menghina yang bodoh, dan yang saleh menghina yang suka maksiat. Kita disebut kaya karena ada pembandingnya yaitu miskin, kita dapat rangking teratas karena pandai, dan harus ada yang bodoh untuk mengisi rangking terbawah. Kita dihormati kesalehannya karena ada orang yang suka maksiat yang dibenci. Kedua kutub itu saling membutuhkan. Oleh karenanya, kita harus berterimakasih kepada iblis, atas jasanya orang-orang yang beriman dapat sertifikasi akan keimanannya, apalah arti iman jika tidak pernah dites kan? 

Pada akhirnya, aku berkesimpulan bahwa sebenarnya, dunia ini sudah indah apa adanya, tanpa kita usahakan untuk merubahnya, tapi memang untuk merubah pola pikir untuk menjadi seperti itu. tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kita terlalu lama didoktrin untuk tidak menerima kekurangan, atau kejelekan. 


   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar