Sabtu, 15 Maret 2014

renungan part 18 (aku mau pulang)

Renunganku kali ini terinspirasi dari tulisan Gobind Vashdev, seorang penulis dan motivator favoritku, yang kubaca di akun Facebook milik beliau. Berikut penggalan tulisannya:

Seorang pembicara tersohor diundang ke sebuah kota kecil oleh sebuah perusahaan raksasa.
seorang pengemudi menjemput dari airport, mengantar, serta melayani selama 2 jam perjalanan ke kota kecil tersebut.
Setelah mencerahkan 100 orang jajaran manajer dan direksi selama 2,5 jam, molor 30 menit dari waktu yang di tentukan, pembicara ini kembali ke airport dengan tumpangan yang sama dan pengemudi yang sama.
Tidak banyak interaksi terjadi selama kurang lebih 4 jam perjalanan dari dan menuju airport tersebut, hanya sedikit basa-basi, sisanya adalah suara mobil dan sesekali klakson.
Cerita biasa diatas ini memang lumrah terjadi dan memang sangat normal dalam kehidupan ini.
lalu..
Sadarkah kita bahwa 100 orang dalam ruangan tersebut menyerap dan bertanya dengan antusias pada pembicara yang dibayar ratusan juta untuk kebijaksanaan yang kurang lebih mereka sudah mengetahuinya.
Sementara sang pengemudi yang berduaan di dalam kabin mobil bagai kursus privat 4 jam tidak menuai apapun.
Memang Ironis, Ironis yang sudah berwujud kenormalan.
mungkin ada yang mengatakan "Sayang Sekali tidak memanfaatkan kesempatan”. yang lebih keras mungkin akan meng-goblok-goblokan pengemudi yang menyia-nyiakan kesempatan emas yang ada.
namun coba lihat, bukankah kita semua melakukan hal yang sama dengan sang pengemudi itu?

Hikmah yang kupetik dari cerita tersebut adalah seringkali kita terlalu berfokus pada tujuan sehingga tidak menyadari hal penting yang terjadi dalam proses mencapai tujuan tersebut. Bahkan terkadang tujuan yang kita buat pun bukanlah sesuatu yang patut menjadi tujuan hidup kita. Ketika begini, seringkali kita merasakan hidup kita tidak bahagia karena ketidakpekaan kita akan proses ini. Aku memiliki pengalaman yang cukup berkaitan dengan hal ini.

Sudah hampir dua tahun aku selalu pulang ke sukabumi menggunakan sepeda motor, dan rute cihideung merupakan rute favoritku karena jalan alternatif ini membantuku menghindari macet di jalan utama. Rute ini memiliki jalan yang berkelok dan naik turun  karena melewati kaki Gunung Salak. Hal yang paling menyebalkan ketika pulang menggunakan motor adalah rasa pegal di pantat karena perjalanan yang cukup jauh, oleh karena itu aku selalu memacu motorku dengan cepat agar bisa cepat sampai, dengan begitu aku tidak terlalu memperhatikan lingkungan sekitar yang kulewati.

Suatu waktu, ketika pulang ke rumah aku pun melewati jalur cihideung, karena rasa lelah dan pegal aku pun terpaksa memberhentikan motorku untuk sekedar beristirahat. Saat itu aku melihat pemandangan hijau hamparan sawah dan kebun serta kerlap-kerlip lampu milik rumah warga di kejauhan (waktu itu hari telah menjelang magrib). Sungguh pemandangan yang indah dan aku tidak pernah menyadari ada pemandangan indah ini walau sering aku lewati. Jika saja aku tidak berhenti, mungkin aku tak akan sadar dengan hal itu. Selama ini aku terlalu berfokus untuk sampai di rumah cepat-cepat.

Semenjak itu, aku tidak pernah memacu motorku cepat-cepat (kecuali malam hari, karena memang tidak ada yang bisa dilihat). Aku sering berhenti mengistirahatkan pantatku untuk melihat pemandangan indah yang menyejukan mata di sepanjang perjalanan. Memang, waktu perjalananku jadi lebih lama, tapi perjalanan itu tidak lagi terasa menyiksa.

Mari menikmati hidup yang singkat ini dengan menikmati setiap proses kehidupan, Gobind berpesan: "Sadari, bahwa kita semua adalah pengemudi itu, kita adalah kesadaran yang membawa kendaraan yang bernama raga, serta sang Jiwa Bijak ada dan selalu ada didalam diri ini. Ketika pikiran terfokus pada tujuan saja, kita akan kehilangan keindahan dan kebijaksanaan sepanjang perjalanan. Cepat atau lambat kita semua akan sampai ke bandara kematian yang kemudian mengantarkan kita ke dimensi yang berbeda, namun yang penting adalah selama mengemudi hadirlah disini dan saat ini sehingga keindahan dunia akan tampak berkilau; dan yang lebih penting lagi selalu dan selalu sadari kehadiran sang Bijak di dalam, ajak Ia berkomunikasi dan serap ilmunya, sampai akhirnya menyadari siapa sejatinya Diri ini." 
    
link tulisan Gobind Vashdev
https://www.facebook.com/gobindvashdev/posts/10152295888951672

Tidak ada komentar:

Posting Komentar