Rabu, 19 Maret 2014

Renungan part 19 (Dallas Buyers Club)

Kemarin malam di sekret FLAT, aku menonton sebuah film yang sangat menarik berjudul "Dallas Buyer Club". Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata pemeran utamanya yang bernama Ron Woodroof.


Film yang berseting tahun 80an ini bercerita tentang Ron Woodroof (diperankan oleh Matthew McConaughey), seorang tukang listrik dan koboi rodeo dari Dallas yang didiagnosa memiliki penyakit AIDS. Dokter mengatakan padanya bahwa hidupnya hanya tinggal sebulan saja.  Dia pun berusaha mencari obat agar dia tetap hidup. Obat AZT yang dia dapatkan dari rumah sakit (obat ini adalah obat yang diperbolehkan FDA, departemen yang mengurusi obat dan makanan di amerika, untuk dipakai pada pengidap AIDS di Amerika) ternyata hanya memperburuk kesehatannya. Dia pun bertemu dengan seorang dokter Amerika yang lisensi prakteknya dicabut di sebuah tempat di meksiko dalam pencariannya mencari obat. Dokter tersebut memberitahunya bahwa AZT hanya memperburuk keadaan pengidap AIDS, dan justru dia meresepkan  ddc dan protein peptide T untuk Woodroof (anehnya kedua obat tersebut dilarang oleh FDA untuk digunakan di Amerika). Tiga bulan kemudian, kesehatan Woodroof membaik, dia pun mencoba menjual obat tersebut pada penderita AIDS di Amerika dengan menyelundupkannya dari Meksiko.

Bersama seorang waria bernama Rayon (diperankan oleh Jared Leto), Woodroof mendirikan "Dallas Buyers Club", sebuah klub yang anggotanya harus membayar 400 dollar Amerika per bulan untuk mendapatkan pasokan ddc dan peptide T. Klub ini pun menjadi popular di kalangan pengidap AIDS karena obat tersebut dirasa lebih ampuh menolong mereka. Namun, FDA tidak tinggal diam, setelah merubah regulasi bahwa menjual obat yang tidak disetujui FDA itu ilegal, polisi bersama FDA menyita obat-obat milik Dallas Buyer Club. Tidak terima dengan hal itu, Woodroof pun melakukan gugatan pada FDA, namun dia kalah dan pada akhir persidangan Woodroof diperbolehkan mengkonsumsi peptide T hanya untuk keperluan pribadinya saja. Akhirnya, Woodroof meninggal di tahun 1992, 7 tahun setelah dokter mendiagnosanya dengan AIDS. Aku pun menyimpulkan dua hal penting dari film tersebut.

Pertama, film itu menggambarkan moral yang buruk dari pengusaha. AZT yang diperbolehkan FDA adalah obat yang diproduksi oleh perusahaan besar Amerika, Woodroof di sebuah adegan menuduh FDA disuap oleh perusahaan obat untuk tidak memperbolehkan obat lain yang menurut pengalamannya justru lebih baik. Perusahaan obat bukan tidak tahu bahwa ada obat lain yang bisa lebih efektif, tapi tidak mau mengakuinya demi berlangsungnya bisnis, dan terus mendapat keuntungan dari penjualan AZT ke rumah sakit di Amerika. Terkadang para pebisnis memang melakukan cara kotor untuk mempertahankan bisnis mereka. Pernah suatu waktu, aku menonton video di youtube tentang konspirasi pembohongan publik yang dilakukan oleh perusahaan air minum kemasan di Amerika. disitu dijelaskan bahwa sebenarnya air keran di rumah-rumah cukup aman untuk dikonsumsi, tapi perusahaan air minum menyebarkan isu bahwa air itu masih belum higienis dan berbagai macam embel-embel kesehatan lainnya, lalu dia pun memberikan solusi untuk membeli air minum kemasannya yang telah melalui proses bla-bla sehingga lebih aman dikonsumsi. Padahal, air yang ada dalam kemasan itu sama saja dengan air keran yang mengalir ke rumah-rumah di amerika. Bedanya, air itu dikemas dalam botol yang menarik dan masyarakat harus membelinya sedangkan air keran itu gratis. jika teman-teman pernah menonton film "the lorax", sebenarnya isu yang sama pun diangkat disana, di film itu digambarkan lebih kuat bagaimana pengusaha rakus membodohi masyarakat demi keuntungannya.


Hal yang kedua, film itu mengajarkan untuk tidak menghina, atau memusuhi satu kelompok masyarakat tertentu tanpa memahami mereka terlebih dahulu. Pada saat itu, AIDS sangat identik dengan para homoseks, padahal AIDS pun dapat menjangkiti pria heteroseksual yang sering berganti pasangan. Woodroof adalah seorang yang sangat membenci homoseksual, makanya ketika dia didiagnosa mengidap AIDS dia begitu marah. Namun, ketika dia membaca-baca buku tentang AIDS, dia pun sadar bahwa penyakit itu memang ada pada dirinya, karena dia sering berhubungan seks dengan banyak wanita. Keadaan ini membuat dirinya dikucilkan dari lingkungannya, bahkan dia dipecat dari tempat dia bekerja. Dia berada tepat di posisi orang yang dulu dia benci dan hina. Saat dia bertemu Rayon dan bekerja sama menjalankan "Dallas Buyers Club" perlahan-lahan dia mulai melembut pada orang-orang homoseksual. Mungkin karena merasa senasib dan sepenanggungan. Bahkan, ketika FDA mulai mengganggunya, dia akhirnya merubah niat bisnisnya menjadi lebih pada memperjuangkan hak-hak para pengidap AIDS.  

Secara keseluruahn, film ini sungguh menarik, dan mencerahkan karena membuatku berpikir, apakah kita benar-benar tega mengesampingkan kepentingan orang banyak demi keuntungan pribadi? sebuah pertanyaan yang belum bisa kujawab.Bagaimanapun juga, film ini tidak cocok ditonton oleh anak yang belum dewasa karena ada beberapa bagian yang mengandung sexual content, tentunya jika disensor dulu akan lebih baik. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar