Rabu, 08 Januari 2014

Renungan part 6 (apresiasi)


Beberapa hari sebelum tahun baru, aku memutuskan untuk pulang ke sukabumi. saat itu kira-kira pukul setengah delapan malam, dalam perjalanan pulang, kuhentikan motorku tepat setelah pasar parung untuk mengisi perut yang keroncongan, kupilih warung nasi goreng di pinggir jalan yang memang dapat dengan mudah ditemukan jika malam tiba. Untuk mengusir rasa bosan menunggu pesanan, aku iseng memperhatikan seorang anak kecil bersama kedua orang tuanya yang kebetulan berada di depan tempatku duduk.
Anak perempuan yang menurutku berumur sekitar empat atau lima tahunan itu sibuk menumpuk-numpuk kursi plastik yang disediakan penjual nasi goreng untuk pelanggan, sambil tertawa-tawa dan sesekali memanggil ayahnya untuk memperlihatkan apa yang sedang dia lakukan. Sementara sang ayah dan ibunya Nampak sibuk mengobrolkan sesuatu. Ketika cukup banyak kursi tertumpuk si anak dengan semangat memanggil ayahnya, setelah melihat apa yang dilakukan anaknya, sang ayah Nampak jengkel, mungkin merasa malu anaknya membuat kacau tempat duduk yang sudah disusun rapi oleh penjual nasi goreng itu, dia segera si ayah membereskan kembali kursi-kursi yang ditumpuk anaknya. Sekilas dari kejadian itu tidak ada hal yang patut diperhatikan, hanya kejadian biasa seorang anak kecil mengacak perabotan, tapi apa yang terjadi berikutnya bagiku sungguh menarik.

Wajah ceria si anak tiba-tiba berubah menjadi kesal, tingkah lakunya jadi agresif, ketika ibunya mencoba menariknya, dengan tegas si anak memukul ibunya sambil berteriak. Intinya, si anak yang tadinya bergembira berubah jadi rewel. Akupun berpikir, apa penyebab anak itu jadi berubah ya? Aku hanya bisa menduga bahwa itu berawal dari respon si ayah pada perbuatan anaknya tadi. Menurut pengamatanku, si anak ingin diberi apresiasi atas keberhasilannya menumpuk kursi plastic (bagi seorang anak kecil mungkin itu sesuatu yang hebat) tapi yang didapatnya adalah respon negatif dari si ayah. Kecewa dengan itu, dia pun menjadi rewel.
Aku tersenyum sendiri, betapa memang kita sering tidak sadar untuk memberikan apresiasi atas tindakan orang lain. Dalam konteks membesarkan anak, apresiasi itu tentu penting, tapi aku belum punya anak jadi tentu pendapatku hanya berdasarkan kesimpulan atas ilmu yang kuketahui tanpa belum pernah praktek. Ya intinya, jika waktu itu si ayah memberikan respon positif dulu sebelum membereskan kembali kursi itu mungkin kejadiannya bisa lain, si anak mungkin tidak menjadi rewel.
Aku jadi ingat ketika tk aku berlari ke arah ibuku sambil menunjukan keberhasilanku menulis huruf dan diberi nilai bagus oleh guru waktu itu. oh… betapa kita senang ketika ada orang yang mengapresiasi usaha kita.     
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar