Selasa, 14 Januari 2014

renungan part 8 (The Big Year)






       Suatu hari ketika mengoprek komputer di sekretariat FLAT untuk sekedar mengecek film baru apa yang sudah ada (folder FLAT XXI di komputer FLAT biasanya selalu update dengan film baru) aku menemukan film berjudul The Big Year. Film yang dibintangi aktor favoritku yaitu Jack Black ini cukup unik karena memiliki tema yang kurang populer, yaitu lika-liku kehidupan birder. Istilah birder adalah sebutan bagi para penyuka burung dan suka melakukan kegiatan Birding, yaitu kegiatan melihat burung. Sungguh tidak populer bagi penonton Indonesia, menurutku. Judul film itu sendiri adalah istilah untuk kegiatan (semacam kompetisi) untuk melakukan birding setahun penuh dari 1 Januari sampai 31 Desember di kawasan tertentu (dalam film ini setingnya kawasan Amerika Utara) dan diakhir tahun jumlah spesies burung yang berhasil mereka lihat akan dihitung. Predikat pemegang skor tertinggi inilah yang menjadi incaran para peserta The Big Year.

    Tiga tokoh utama dalam film ini yang diceritakan ikut dalam kompetisi Big Year adalah Stu Preissler, Brad Harris dan Kenny Bostick. Stu Preissler (diperankan oleh Steve Martin) merupakan pensiunan CEO perusahaan besar, melakukan Big Year merupakan impiannya yang sulit diwujudkan ketika dia masih menjabat CEO, dan dengan dukungan istrinya dia akhirnya ikut serta setelah pensiun walau dia masih sering diganggu anak buahnya di perusahaan karena kehadirannya masih dibutuhkan. Brad Harris (diperankan oleh Jack Black) adalah seorang programmer yang tinggal dengan orang tuanya setelah bercerai, ayahnya tidak mendukung keputusannya ikut Big Year. Sedangkan Kenny Bostick (diperankan oleh Owen Wilson) adalah pemegang rekor tertinggi Big Year sebelumnya, dan dia berambisi untuk tetap mempertahankannya. Film yang diangkat dari sebuah buku nonfiksi berjudul The Big Year: A Tale of Man, Nature and Fowl Obsession yang ditulis oleh Mark Obmascik ini menurutku memiliki pesan yang sungguh mendalam tentang lika-liku kehidupan manusia. Setelah meonontonnya ada dua pesan yang kuterjemahkan dari film tersebut.

       Pertama, untuk menjadi yang terbaik, atau ter- apapun, ada harga yang tak murah yang harus kita bayar. Bostick sang pemegang rekor di akhir cerita sukses mempertahankan rekornya dengan 755 burung, tapi dia harus kehilangan keluarganya karena sang istri menggugat cerai dirinya. Bostick sangat fokus dalam mempertahankan rekor, dia gigih, dan cerdas, tapi hal itu membuatnya tidak memiliki waktu untuk istrinya, tidak selalu ada untuk dirinya, sehingga sang istri tidak lagi mampu bertahan dan memutuskan untuk bercerai. Dulu aku pernah mendengar cerita dari tetanggaku yang seorang guru besar di UIN bahwa dia memiliki seorang kenalan, seorang Guru besar juga sangat cerdas, super sibuk, namun katanya kehidupan keluarganya tidak secemerlang karirnya. Well.... ada hal yang harus kita bayar untuk menjadi sesuatu yang besar iya kan? hal ini juga mengingatkanku pada satu hal, yaitu jika kita menginginkan sesuatu kita harus mengorbankan hal lain, you can't get everything you want in your life, misalnya untuk bisa pintar kita harus mengorbankan waktu kita untuk belajar, atau untuk bisa menabung banyak uang kita harus mengorbankan keinginan untuk belanja barang tertentu, dan begitu seterusnya.
       
       Kedua, bukalah matamu dan kau akan melihat karunia yang mungkin tidak pernah kau sadari. Pesan ini kuterjemahkan dari adegan ketika Brad dan Stu, yang menjadi teman dekat karena Big Year, membicarakan kekalahan mereka dari Bostick. Dengan mantapnya Brad berkata "he got more birds, but we got more everything", memang Brad kalah dari bostick, namun karena Big year dia mendapatkan kembali hubungan harmonis dengan ayahnya yang kini mulai mendukung rasa sukanya akan burung, dan karena Big Year dia mendapatkan cintanya kembali. Sedangkan Stu, dia lebih mantap meninggalkan perusahaannnya yang terus memintanya kembali dan menawarkan posisi luar biasa, karena dia menyadari kebahagiaan bukan hanya sekedar uang, dan dia lebih memahami pentingnya waktu kebersamaan keluarga. Ketika kita gagal setelah berusaha, kita sering jatuh dan bersedih, seakan-akan usaha kita semua sia-sia, tapi cobalah buka mata, ada hal lain yang mungkin kita dapatkan selain dari tujuan kita.

      Secara keseluruhan, film ini sangat menghibur dan sarat makna. Aku yakin ada lebih banyak pelajaran yang dapat kita ambil jika kita mau melihat dari sudut pandang yang berbeda. oke..... mari kita tonton lagi hehe....     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar